Selasa, 18 November 2014

Seperti Delapan, Bola Matamu




Menerawang di iris matamu pada warna yang buatnya bening, sendu
Untuk kuderma imaji pada sebuah puisi yang kau minta malam kemarin

Seperti delapan, dua bola mata lentik dalam refleks bayang diriku, apaku
saat tatap bertemu sedetik, semenjak

Seperti delapan, simbol tak hingga
ada banyak puisi dari binar-binarnya
tak pernah putus kata dari dua pasang
matamu dan mataku, kita
saling melihat
pada kita
Bintaro. 12/11/14

Puisi dari Bias Pelangi di Wajahmu



https://jualbibitpremium.files.wordpress.com/2013/03/wpid-mawar-pelangi2-300x300.jpg

Aku melihat puisi dari raut wajahmu
tergores, menginpirasi nalar
meliuk-liuk dari pipimu ke dagu
lalu pada kata yang kau ucap di atas meja bundar
mengalir dalam tenang

Sepertimu yang selalu bilang
aku tak bisa berpuisi
dan tak bisa memberiku sedikitpun inspirasi
tapi kau sumber kata-kataku mengalun dari
puisi yang tak bisa kau buat ini

Aku melihat tujuh warna pelangi pada bias-bias
matamu di bawah lampu malam dan kau mewakili
bulan yang tak pernah muncul pada malamku
ada tujuh warna yang menjadi barisku, lalu
kau masih bilang tak dapat buat puisi sedikit itu

Sudah, puisi ini untukmu
terima sajalah atau tak ada lagi kataku untukmu
karena tujuh hari pun bisa kubuatkan lagi berkali-kali
jika kau memintaku, dengan wajahmu jadi inspirasi
                                                                                                       Bintaro, 11/11/14

Hujan Enam Jam

 






Menanti hujan turun di kotaku
menerawang langit sedari sepagi
larut-larut tanya kami buncah

"apa tivi berbohong lagi pada kita?"

kudengar raungnya malam tadi, katanya
hujan lebat turun pagi besok
bersama angin-angin riuh
juga daun-daun yang mengetuk jendela, terkapar
di jalan-jalan besar di kota kami

"Kapan janji tivi terbukti?"

kamu bertanya padaku terus
tunggulah enam jam lagi
karena enam minggu sudah tidak basah atap-atap rumah, payung tua

"sebentar lagi"

lalu angin datang sepoi-sepoi
disambut genderang ribut dari timur, berteriak
hujan tumpah ruah miring bersama angin

"Yuk, kita tidur saja" 
"Kenapa?"
"Hujannya akan turun enam jam, kata tivi, tadi malam"
bangun-bangun, semoga tak banjir enam jengkal lagi


Bintaro, 10/11/14