Sabtu, 25 Juni 2016

Kami Belum Mengerti Arti Perpisahan




Aku tidak akan lupa bunyi lonceng sekolah di tiap pagi
Beberapa lembar kertas dan buku di atas meja
Juga langkah-langkah kecil sepatu kami menuju kelas

Aku memang belum paham arti sebuah perpisahan
Aku sangat ingin besok lagi, udara masih di ujung hidung kami
Dan awan bergerombol setiap pagi
Juga tawa kalian yg kudekap sebelum papan tulis kelas ditulisi ibu atau bapak guru
Sepasukan ingatan yang tidak ingin ku hilangkan, tidak akan lenyap

Haruskah kita ragu untuk bertemu jika pada akhirnya dipisahkan juga?

Menurutku tidak

Dalam rindu nanti, kita akan belajar bagaimana menghargai waktu
Bersama ibu bapak guru, teman-teman, buku dan pulpen, nilai tinggi ataupun merah, juga hari ini

Pun dalam rindu nanti, kita hanya berpisah sebentar
Tuhan dengan segala keajabainnya, punya banyak cara mendekatkan yang jauh, menmpertemukan murid dan gurunya, dan mempertemukan kita

Kita tidak usah takut untuk menjadi kesepian nantinya
Akan ada banyak orang, senyum-senyumnya yang baru
dan mungkin sapaan yang berbeda dengan hari ini

Pada akhirnya, ku bacakan puisi ini
Untuk mewakilkan teman-temanku
Bahwa satu kaki kami sudah beranjak pergi
Tapi satunya lagi masih berpijak dan tertahan disini
Sekedar ingin mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal
Juga mencium tangan ibu bapak guru untuk sekali lagi

Kita terkadang harus berpisah untuk menjadi sesuatu yang baru
Menjadi lebih baik dari sekarang
Mencari pengalaman dan belajar di tempat lain
Karena disini sudah banyak kenangan yang tetap ada hingga nanti

Maafkan kami ibu bapak guru
Atas luka dan sakit yang kami perbuat padamu
Tolong maklumkan polosnya kami
Sebab dari kesalahan, kami belajar menjadi lebih baik
Dari kesalahan, kami berusaha menjadi lebih berbakti

Terima kasih ibu bapak guru
Atas jasa kalian yang begitu mulia
Atas semangat yang kami petik dari keikhlasan hati
Atas waktu-waktu indah yang pernah terlewati

Kami memang belum paham arti perpisahan
Tapi setidaknya, sudah mengerti bahwa doa kalian selalu ada buat kami
Maka kemanapun pergi, atau jadi apapun kami nanti
Ada kalian dalam bagiannya
Dan kita tetap bahagia walau akan berpisah
Kita bersyukur pernah dipertemukan
Dan kita bersyukur pernah disatukan dalam kebahagian
selama enam tahun yang rasanya tidak begitu panjang

Jika Besok Indonesia Sudah Tidak Ada






Jika besok indonesia sudah tidak ada
Mereka yang asing dan tidak sempat mengenal Indonesia- termasuk anak-anak kita
Tidak akan bertanya “Bisakah tongkat yang ditancap ke tanah menjadi tanaman?”

Ketika maut mengecup kening kita
Tidak ada yang nyata selain kenangan-kenangan
Yang sepertinya pernah kita tinggalkan di sebuah tempat
Hari-hari harus dilalui tanpa lagu kebangsaan
Tanpa pekikan lima butir ideologi di depan gedung sekolah
Juga tidak ada lambang Negara yang dipajang di tengah-tengah dua bingkai yang terhormat

Indonesia adalah tandus yang pernah ditumbuhi pepohonan dan harapan
Tapi sakit di dalamnya telah menunggu sekian lama sejak tengah ibu kota sampai pinggiran desa
Ku dengar kabar, di antara orang-orang berdasi, rakyat sempat menaruh percaya
Tapi, pada suatu pagi, berita-berita riuh di TV mereka
Mata hati yang mati terus memenuhi kantor-kantor berita Ibu kota

Negeri ini adalah kapsul waktu yang tidak menyisakan apa-apa selain orang-orang sok pintar
Negeri kita adalah tempat dimana orang-orang sok bijak sedang mabuk duduk melingkar
Di meja kayu sambil menata masa depan kita
Juga tangan-tangan yang sudah sepakat dengan imingan di bawah meja
Negeri dimana setiap kali pagi tiba, kau sudah membawa badan dengan tangan kosong
lalu mendengar bisikan dan desah bahwa cinta dan masa depan selalu dibayang-bayangi oleh uang

Jika besok indonesia sudah tidak ada
Setidaknya aku ingat pernah mencintai dengan tulus
Dan masih ada manusia-manusia seperti kita yang menata masa depan
Tanpa berpura-pura

Jika besok indonesia sudah tidak ada
Mungkin aku akan mengunjungi negeri lain
Sambil menggenggam tangan yang baru
Akan ku ceritakan ke mereka tentang sebuah negeri
Yang dulu sangat sibuk tersenyum di depan kamera
sambil menggunungkan pundi-pundi pribadinya

Jika besok indonesia sudah tidak ada
Juga tidak akan ada lagi mereka
Setidaknya itu lebih baik?

Menurutku tidak
Seperti pohon mati menunggu angin datang menumbangkan dahannya,
Bunga-bunganya mungkin sudah mati tapi serbuknya berhasil menyelinap di sela tanah
Saat itu, kita siap membasahi masa depan baru, mencari Tuhan agar mampu menemukan Indonesia kembali





Kamis, 09 Juni 2016

Perihal Memilikimu dan Tidak pada Akhirnya




Sebuah kegelisahan lahir dari mereka yang memiliki hatimu
Perihal kebosanan dan pergi adalah waktu yang datang dari sela langit-langit
Ingin ku katakan kepadamu bahwa aku benci menjadi bahagia
Jika masih ada titik-titik air yang mengaburi jendela mu dan keropos yang mengikis demi sedikit kursi kayu yang pernah kita punya

Semua berubah, terlihat tidak jelas
Aku dan bayanganmu bukan lagi menjadi kita
Mereka memilikimu lebih dariku mencoba mendekapmu

Sajak-sajak diciptakan dari cerita yang tidak biasa
Tapi tidak ada yang istimewa dari pujangga yang menghadiahi kekasihnya dengan tinta, kertas, dan kata-kata
Apalah arti sebuah cinta jika patah hati membuat kita menjadi orang lain, menjadi mereka

Di dinding kamarku, ada gambar kita yang sedang berdiri di antara bunga dan masa lalu
Di jantung rahasiaku, ada potretmu yang tidak berkata adapun

Hatimu tetap bukan milikku pada akhirnya
Tapi sajak-sajak malah selalu menjadi kamu dan kita
Kenangan selalu memiliki duri, namun jadi bukan apa-apa bagimu
Sepasukan kegelisahan yang datang pergi, sekumpulan hati dilukai dan sembuh lagi.

Menanyakan Rindu





Jogja benar-benar telah menawarkan rindu
Langitnya tampak cantik karena kalian masih ada disana
Juga kenangan yang menjelma tugu di tengah-tengah jalan
Dari ketinggian tertentu aku menatap kalian dan garis imajiner
Di antara kita kian perlahan, menutup hari-hari dan ditumbuhi akar
Yang menjalar sampai ke rumah kita.

Kupikir kita akan pulang dengan siluet-siluet lama di kepala
Di depan malioboro, aku ingin menggenggam tangan kalian
Dan mengatakan bahwa cinta seperti sebuah obat pil
Tapi tidak bisa menyembuhkan luka lama di hati
Selalu ada cinta dan kalian di mimpi adik kecilmu
Selalu ada puisi tentang kalian. Di luar kepalaku,
Yang lainnya adalah asing. Selalu aku menginginkan kalian

Sesekali aku jadi suara-suara dari jauh yang cerewet
Kata-kataku selalu menuntut kepulangan dan pertemuan
Kadang aku jadi kucing penurut, menjawab iya di setiap kalimat
Lalu hanya berdiam, membayangkan senyum yang sumringah di sisi dunia yang lain disana
Kalian harus tahu, selama ini aku belajar menangis tanpa isak dan air mata
Dan sudah lama kuhentikan percakapan tentang cinta dan kematian

Perih yang paling sulit kucintai adalah perihal yang paling kalian cintai kini
Hal yang tidak ingin ku percaya bahwa kalian bahagia tanpaku
Aku pernah punya mimpi indah tentang kita bertiga, langit jogja
dan kerinduan yang kita lukis di mata-mata yang terjun darinya tetes hujan
malam-malam berikutnya, aku melihat foto keluarga yang baru tapi tanpaku
alasan utama kalian bahagia harusnya adalah aku, bukan mereka

Kita selalu tahu, kehilangan pernah merenggut dunia lama kita
Kita belajar menjauhkan diri dari segala yang terjadi waktu itu
Terjebak pada doa dan ciuman terakhir dan semesta kala itu seakan berkata
Kelak laki-laki tua akan membimbing kita ke surga, berkumpul dengan perempuan
Yang selalu kita doakan
Aku yang akan menghapus kesedihan kalian, tapi untuk saat ini
Biarkan aku menanyakan rindu untuk kesekian kalinya

Doa yang Bisa Kau Amini




Tidak pernah ada yang istimewa dari sebuah perayaan
Kecuali orang-orang yang berpura bahagia dan
Senyum yang sedetik dua detik cepat berganti
Tapi di tempat ini, teman-temanmu membicarakan tentang
betapa beruntungnya kau ada disini

Orang-orang kadang belajar dengan cara mengabaikan
Jika pada suatu pagi, kami tidak mengerti apa-apa
Dosen menjelmamu , dan aku menulis sajak tentang
Perempuan yang terlampau baik di ruangan ini

Kita akan berhenti di setiap tanggal pada tahun-tahun berikutnya
Kau tahu ada hari-hari tertentu dalam hidupmu dimana dunia akan menyapamu via suara
Memanggil-manggil dan menanyakan kabarmu
Serta sajak tentang kebahagian yang lahir sebab pernah menjadi temanmu
Hari yang ditakdirkan selalu datang kepadamu,
dan hari itu kau harus selalu

karena ada banyak doa yang bisa kau amini dan doakan kembali

Jumat, 03 Juni 2016

Bunga Bagi yang Sulit Melupakan Kekecewaan



Kau setidaknya haru tahu bagaimana laki-laki diciptakan
Mereka adalah pemaaf yang sangat handal
Tapi laki-laki pun selalu tidak bisa tidak menyisakan kekecewaan
Mereka payah untuk melupakan, terlalu payah bahkan

Maka jika dia nanti sekan menjauh
Itu bukan karena dia sedang marah atau tidak mau lagi bertemu
Tapi kekecewaan memang seperti perompak ulung\
Mengendap diam-diam, hanya saja kau tidak tahu
Lalu batas-batas tercipta  dari proses melupakan yang tidak singkat
Jauh datang dari rentetan peduli yang tidak pernah dipedulikan
Maka biasakanlah

Jadilah bunganya, yang meski rapuh tapi membuatnya tahu
Bahwa duri pun tidak hanya punya tajam yang membuat luka

Duri masih punya mawar untuk dijadikan kesayangan