Kelak di
suatu rindu, kita berdiri dan merasakan jantung kita berdenyut seirama
Penyesalan
yang pernah tertinggal disudut matamu karena terlalu gampang menyayangiku
Juga
menganggap cinta sebagai perasaan yang jatuh seperti senja dan kehilangan yang
menyertainya
Kauingat,
menantiku tidak segampang menitipkan surat pada kaki merpati yang terbang
menempuh kesepianmu
Kata-kata
seperti rintik hujan yang memiliki awan lalu kemudian meninggalkannya,
kata-kata tidak lebih setia dibanding masa lalu
Waktu yang
kukecupkan di keningmu saat menyebut namamu berulangkali menjelma hantu
Tubuh-tubuh
yang tidak punya mata untuk mengartikan seberapa lama hati kita memerah, padam.
Kemudian jatuh
Kamu dengan
suaramu yang halus tidak pernah menyisakan sesuatu yang sia-sia di pendirianku
Agar aku
memiliki jarak yang tidak terlalu menyesakkan, juga tidak mejandikanku
pemanggul dengan lengan yang panjang untuk sekedar mencapai tidurmu
Hatiku tidak
pernah pergi kemana-mana, ku penjarakan di sepengetahuanmu, tidak kubolehkan
ada kata lain kecuali sajak tentangmu
Peluh yang
jatuh jauh di dalam tubuhku akan kering sementara hati kita yang sudah jatuh
basah kembali
Sepanjang
itu, kita masih sepasang kekasih yang belum bisa saling menggenggam jemari dan menenggelamkan diri di dada masing-masing