Minggu, 11 September 2016

Kelak di Suatu Rindu


Kelak di suatu rindu, kita berdiri dan merasakan jantung kita berdenyut seirama
Penyesalan yang pernah tertinggal disudut matamu karena terlalu gampang menyayangiku
Juga menganggap cinta sebagai perasaan yang jatuh seperti senja dan kehilangan yang menyertainya

Kauingat, menantiku tidak segampang menitipkan surat pada kaki merpati yang terbang menempuh kesepianmu
Kata-kata seperti rintik hujan yang memiliki awan lalu kemudian meninggalkannya, kata-kata tidak lebih setia dibanding masa lalu
Waktu yang kukecupkan di keningmu saat menyebut namamu berulangkali menjelma hantu
Tubuh-tubuh yang tidak punya mata untuk mengartikan seberapa lama hati kita memerah, padam. Kemudian jatuh

Kamu dengan suaramu yang halus tidak pernah menyisakan sesuatu yang sia-sia di pendirianku
Agar aku memiliki jarak yang tidak terlalu menyesakkan, juga tidak mejandikanku pemanggul dengan lengan yang panjang untuk sekedar mencapai tidurmu
Hatiku tidak pernah pergi kemana-mana, ku penjarakan di sepengetahuanmu, tidak kubolehkan ada kata lain kecuali sajak tentangmu
Peluh yang jatuh jauh di dalam tubuhku akan kering sementara hati kita yang sudah jatuh basah kembali

Sepanjang itu, kita masih sepasang kekasih yang belum bisa saling menggenggam jemari dan  menenggelamkan diri di dada masing-masing