Selasa, 20 Desember 2016

From Bintaro to Ketapang (Part 3)

Pontianak to Ketapang, cuma 40 menitan.

Penerbangan dari Pontianak ke Ketapang tidak lama, kurang lebih 40 menit. Ini pengalaman pertama saya naik pesawat tipe ATR. Memang dibanding tipe boeing, getaran selama pesawat mengudara itu lebih terasa dan lebih sering terjadi. Manuvernya pun lebih terasa dibanding tipe boeing. 

Yang paling menarik perhatianku adalah pramugari dan pramugaranya. Ada 1 pramugara dan 1 pramugari di pesawat itu. Biasanya ada ruangan khusus untuk mereka di bagian depan atau belakang pesawat dan terpisah dari tempat penumpang, jadinya mereka tidak kelihatan oleh penumpang. Tapi di pesawat ATR, (saya lihat) tidak ada ruang khusus itu. Setelah mereka melaksanakan tugasnya (memperagakan instruksi keselamatan, melayani penumpang dengan senyuman ramah, dan memastikan jumlah penumpang), mereka kembali ke kursi mereka tepat di ujung dan pangkal jalan di tengah-tengah penumpang. Pramugara di belakang dan pramugari di depan. Saya memperhatikan wajah mereka yang (juga) mengantuk dan kadang-kadang terangguk menahan kantuk. Juga si pramugara yang menekan beberapa tombol di dinding pesawat di bagian belakang untuk mengeluarkan suara pengumuman yang biasa terdengar di pesawat pada umumnya, Selamat datang blablabla, ya seperti itulah. Memang sih terkesan sangat tidak penting, tapi memperhatikan hal tersebut selama penerbangan cukup bisa mengisi 40 menit waktuku di pesawat.

Tiba di bandara Rahadi Oesman, satu kata yang bisa saya gambarkan setelah turun dari pesawat. 

PUANAS. 

Jika diberi slot dua kata untuk menggambarkan kondisi saat itu, cukup tambahkan kata “banget”

PUANAS BUANGET.

Saat itu matahari sedang sombong-sombongnya bersinar tepat diatas kami. Jam 12an Waktu Indonesia bagian Ketapang (WIK). Terik pun, saya berkali-kali mengedipkan dan meyipitkan mata untuk menahan silau. 

Bandara Rahadi Oesman Ketapang

Bandara Rahadi Oesman adalah satu-satunya bandara di Ketapang. Terbilang kecil tapi bandara ini yang membuat Ketapang jadi cukup istimewa. Tahu siapa Rahadi Oesman? Beliau adalah mahasiswa kedokteran UI (lupa tahun berapa) asal Kalimantan Barat yang dinobatkan sebagai pahlawan karena memimpin pergerakan melawan penjajah dan akhirnya wafat pada saat itu. LUAR BIASA. Tidak salah namanya dipatenkan menjadi salah satu nama bandara di Indonesia. 

Di luar bandara, Bima dan senior-senior dari KPPBC Ketapang sudah menunggu. Kami keluar setelah bagasi kami lengkap. Tidak ada troli di bandara itu. Sesampainya diluar, kami bertemu dengan mereka untuk pertama kalinya. Bersalaman sambil menyebutkan nama satu per satu dan kemudian bergegas ke mobil (yang mereka telah siapkan) untuk menaruh barang dan pergi meninggalkan bandara. 

Kami menuju ke salah satu rumah makan masakan padang di Ketapang. Ada 3 mobil yang dipakai untuk menjemput kami. Semobilku ada Hafis (senior KPPBC), agnes, dan apul. Sepanjang perjalanan ke rumah makan, kami sempat bercerita. Ternyata Hafis seangkatan dengan kami meskipun dari wajah dan perawakannya yang tinggi besar terlihat lebih tua sekitar 3 tahun diatas kami. Dia pun tahu sedikit bahasa Makassar karena pendidikan D1 di Balai Diklat Keuangan (BDK) Makassar dulunya selama setahun. 

Bak gayung bersambut. Setelah menahan lapar dari Jakarta ke Pontianak, kemudian menahan lapar dengan mie goreng telor, kami disuguhkan makanan oleh mereka. Jangan tanya siapa yang bayar? Jawabannya sudah pasti. Kami sebagai tamu dan junior sangat berterima kasih karena telah disambut. Di lain kesempatan, saya akan menceritakan keseluruhan mereka di blog ini.

Makanan habis, tagihan sudah dibayarkan (oleh mereka). Perjalanan berlanjut menuju rumah dinas yang telah disediakan buat kami. Sepanjang jalan, kami melihat bahwa Ketapang ternyata tidak seburuk yang kami bayangkan. (Masih) ada KFC, Hypermart dan Citimall, Karaoke, Hotel, Fitness, Resto dan Cafe, toko swalayan kecil, dan toko-toko lain di sepanjang jalan yang menjual berbagai macam kebutuhan mulai dari pakaian, perkakas rumah tangga, elektronik, dan sebagainya. Ketapang itu keren kok. Beneran…

Hypermart Ketapang

Sebelum ke rumah dinas (rumdis), kami diajak mengunjungi hypermart dan citimall. Barangkali ada kebutuhan yang mau dibeli buat keperluan selama di rumdis nanti. Kami yang cowok tidak membeli apapun, sedangkan yang cewek berhasil memborong beberapa kantong belanjaan. Berpindah ke toko furniture, kami membeli kasur, sprei, bantal, dan kebutuhan lainnya. Senior-senior tentunya membantu menawar harganya, yaa syukurlah berhasil memotong sedikit dari harga normalnya.
Total ada 3 rumdis yang kami tempati. Saya, wahyu, dan bima tinggal di rumdis yang di Jalan Agus Salim bersama salah satu senior, Putra namanya. Vivi, Rahmi, Agnes, dan Apul tinggal serumah di Jalan Sukajadi. Arnold tinggal di rumdis berdekatan dengan rumdis cewek bersama tiga senior lainnya, Hafis, Agil, dan Dika. Menurutku, Rumdis di Sukajadi lebih terawat dibanding rumdis yang kami tempati. Apalagi rumdis yang ditempati cewek-cewek, bekas rumdis sang kepala kantor, lengkap dengan sofa, TV, AC, serta peralatan dapur.

Rumdis kami di Jalan Agus Salim.

Rumdis cewek di Jalan Sukajadi.

Tapi tidak apalah, setidaknya kami tidak susah lagi mencari dan menyewa kosan. Rumdis ini akan jadi istana kami untuk kurang lebih 3 bulan ke depan (jika tidak definitif). 
Di rumdis kami ada 2 kamar. 1 kamar dihuni oleh pegawai lainnya (Pak Eko) yang saat itu sedang cuti pulang kampung dan katanya ditempati sementara oleh sang kepala kantor, Pak Casman. Kamar kedua dihuni oleh Putra, kemudian Bima juga akhirnya menempati kamar itu. Saya dan Wahyu tidur di ruang tengah, beralaskan kasur dan saling membagikan kehangatan. 

Di ruang belakang ada gudang Barang Milik Negara (BMN) milik KPPBC Ketapang yang berantakan. Kmi bertiga pun merapikannya dan menaruh barang kami di ruangan itu. Kamar mandinya sudah kelihatan sangat tua, lumut-lumut di dindingnya cukup banyak, dan yang paling berkesan adalah bak yang berisi air keruh. Saking keruhnya, dasar bak tidak kelihatan. Memang air di Kalimantan sebagian besar seperti itu, kata Putra. Keruhnya mengendap di dasar, sedangkan air di permukaan bak cukup jernih (setelah didiamkan). Akhirnya, Bima menguras bak air itu (mungkin setelah berbulan-bulan tidak dikuras). Hasilnya lumayan, setelah dikuras dan diisi air kembali, dasar baknya kelihatan meskipun kemudian keruhnya yang berwarna ciklat mengendap lagi di dasar. Setidaknya tidak separah sebelumnya. 

Ada masjid besar di beberapa meter dari rumdis kami. Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang yang sedang dalam proses pembangunan. Besar dan megah meskipun masih terlihat 80% pengerjaannya. Warnanya dominan hijau dengan beberapa ornament khas Islam di dinding-dinding dan temboknya. Masjid ini akan sangat bagus sekali jika sudah rampung nanti, pikirku. 

Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang

Malamnya, setelah makan bareng, cewek-ceweknya balik ke rumdis dan kami (saya, arnold, wahyu, dan bima) bersama dika dan hafis mampir sebentar untuk main bilyard. Jangan tanya lagi siapa yang bayar? Jawabannya sudah pasti.

Yaa, seperti itulah sekilas perjalanan kami dari Bintaro ke Ketapang dan bagaimana sedikit gambaran dari daerah Ketapang. Untuk kurang lebih 3 bulan, kami akan OJT dan berproses di tempat ini. Membuat jejak-jejak baru, melihat dan mencermati bagaimana kehidupan khas melayu Kalbar di tempat ini, merasakan pengalaman-pengalaman baru, dan pulang dengan membawa banyak cerita yang sudah pasti seru untuk disampaikan ke teman-teman, kerabat, dan keluarga.  Yap, Welcome to Ketapang!!! G’ luck 👌😎

Kalau mau liat lebih jelas bagaimana penampakan Ketapang, cek video di bawah ini yaa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar